Indonesia, terletak di kawasan cincin api, menghadapi ancaman bencana alam yang signifikan, termasuk gempa Megathrust di Selat Sunda dan Pantai Selatan Jawa. Bencana ini berpotensi memicu tsunami besar dan gempa yang dapat berdampak hingga ke Jakarta. Menyikapi ancaman ini, pemerintah menekankan pentingnya inovasi dalam pembangunan infrastruktur yang adaptif dan responsif.
Menteri Koordinator Bidang Infrastruktur dan Pembangunan Kewilayahan (Menko IPK), Agus Harimurti Yudhoyono (AHY), menegaskan bahwa kesiapan infrastruktur dalam menghadapi bencana alam harus menjadi prioritas nasional. “Infrastruktur harus responsif, harus adaptif. Kita berada di rings of fire, ini karunia sekaligus takdir yang mengharuskan kita untuk benar-benar bersiap,” ujar AHY dalam konferensi pers di kantor Kemenko IPK, Rabu (8/1/2024).
AHY menyoroti bahwa sering kali pembangunan infrastruktur di daerah rawan bencana diiringi dengan risiko kehilangan infrastruktur tersebut akibat gempa atau bencana alam lainnya. “Ketika kita berusaha membangun infrastruktur di berbagai daerah agar lebih maju, di saat yang bersamaan juga selalu ada, mudah-mudahan tidak selalu ada, tetapi seringkali kita juga kehilangan infrastruktur, baik itu milik pribadi maupun milik negara,” ucapnya.
Untuk mengatasi tantangan ini, AHY menyatakan bahwa pihaknya bersama kementerian teknis berupaya menghadirkan terobosan inovasi dengan teknologi yang lebih responsif terhadap ancaman dan tantangan alam. Dalam upaya meningkatkan ketahanan infrastruktur, Menteri Pekerjaan Umum (PU), Dody Hanggodo, menjelaskan bahwa pihaknya telah berdiskusi dengan negara-negara seperti Jepang dan Korea yang memiliki teknologi maju dalam menghadapi gempa bumi.
“Kami sudah banyak ngomong sama negara-negara yang punya teknologi itu seperti Jepang, Korea. Terus ya beberapa infrastruktur besar, (rencananya) kita bangun di tempat-tempat yang kalau misalnya terjadi megathrust itu gak kena lah, atau kalaupun kena minimum. Jadi titik-titik (lokasi bangunan infrastruktur) nya juga dicari yang betul, bersama-sama dengan Kementerian ESDM, BMKG gitu-gitulah,” ucap Dody saat ditemui usai konferensi pers di kantor Kemenko IPK.
Namun, Dody juga menggarisbawahi bahwa pengembangan teknologi tahan gempa di Indonesia masih dalam tahap awal. “Kita masih dalam tahap prototype, karena (rencana pembangunan) infrastruktur kita bukan hanya gedung, tapi juga jembatan, bendungan, dan lainnya,” sambungnya.
Lebih lanjut, dalam menghadapi ancaman megathrust, koordinasi antar kementerian menjadi kunci. Dody menjelaskan bahwa Kementerian PU bekerja sama dengan Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM), Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG), serta Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) untuk menentukan lokasi strategis pembangunan infrastruktur yang lebih aman.
Meski demikian, Dody mengakui bahwa proses ini memerlukan waktu dan penelitian yang mendalam. “Kita masih dalam proses pengkajian untuk infrastruktur tahan bencana, bersama kementerian terkait,” ucap dia.
Dengan ancaman bencana alam yang terus mengintai, inovasi dalam pembangunan infrastruktur yang adaptif dan responsif menjadi sangat penting. Melalui kerja sama internasional dan koordinasi antar kementerian, Indonesia berupaya untuk membangun infrastruktur yang lebih aman dan tahan bencana, demi melindungi masyarakat dan aset negara dari dampak bencana alam yang mungkin terjadi.