Turkiye kembali menegaskan sikapnya terhadap milisi Kurdi di Suriah, menyatakan bahwa lenyapnya kelompok tersebut hanyalah masalah waktu. Menteri Luar Negeri Turkiye, Hakan Fidan, dalam konferensi pers di Ankara, menyampaikan keyakinannya bahwa perubahan kondisi di Suriah akan segera mengarah pada penghapusan kelompok PKK/YPG. “Kondisi di Suriah sudah berubah. Kami yakin hanya masalah waktu sebelum (kelompok) PKK/YPG dilenyapkan,” ujarnya, seperti dilaporkan kantor berita AFP.
YPG, atau Unit Perlindungan Rakyat, merupakan elemen utama dari Pasukan Demokratik Suriah (SDF) yang mendapat dukungan dari Amerika Serikat. Namun, Turkiye menganggap YPG sebagai kelompok teroris yang berafiliasi dengan Partai Pekerja Kurdistan (PKK), yang dilarang di Turkiye. Fidan memperingatkan negara-negara Barat agar tidak mendukung milisi Kurdi di Suriah, menegaskan bahwa penggunaan Daesh sebagai alasan untuk memperkuat PKK tidak dapat diterima.
Dukungan Amerika Serikat terhadap SDF yang dipimpin Kurdi di Suriah utara telah lama menjadi sumber ketegangan dengan Turkiye. Washington melihat SDF sebagai mitra penting dalam memerangi ISIS, terutama setelah keberhasilan mereka dalam mengalahkan kelompok tersebut pada 2019 dan mengelola penjara serta kamp tempat anggota ISIS ditahan. Namun, Turkiye memandang SDF sebagai ancaman bagi keamanan nasionalnya.
Pemimpin baru Suriah, Ahmed Al Sharaa dari kelompok HTS (Hayat Tahrir Al Sham), memiliki hubungan erat dengan Turkiye. Pada 5 Januari 2025, ia menyatakan kepada Al Arabiya bahwa pasukan Kurdi harus dimasukkan ke dalam tentara nasional Suriah, menunjukkan adanya perubahan dalam dinamika politik setelah penggulingan Presiden Bashar Al Assad.
Sejak konflik terbaru pecah, setidaknya 101 orang tewas dalam pertempuran antara pasukan pro-Turkiye dan anggota Kurdi di Suriah. Laporan dari Syrian Observatory for Human Rights (SOHR) menyebutkan bahwa pertempuran di sekitar Kota Manbij menewaskan 85 anggota kelompok pro-Turkiye dan 16 dari SDF. Baku tembak yang dimulai pada 3 Januari 2025 malam berlangsung dengan intensitas tinggi.
Militer Turkiye dilaporkan telah menewaskan 32 anggota Kurdi di Suriah utara, meskipun rincian lebih lanjut belum dipublikasikan. SDF mengklaim berhasil menangkis semua serangan yang dilancarkan oleh tentara bayaran Turkiye, yang didukung oleh pesawat nirawak. Di tengah ketegangan ini, ada kekhawatiran bahwa ISIS akan memanfaatkan situasi tidak stabil pasca penggulingan Assad.
Konflik antara Turkiye dan milisi Kurdi di Suriah mencerminkan kompleksitas geopolitik yang terus berkembang di kawasan tersebut. Berbagai pihak memiliki kepentingan masing-masing dalam mempertahankan kekuasaan dan pengaruh. Pertarungan ini diprediksi tidak hanya akan menambah jumlah korban, tetapi juga memperburuk kondisi keamanan di Suriah dan sekitarnya. Dengan situasi yang terus berubah, penting bagi semua pihak untuk mencari solusi damai yang dapat mengakhiri konflik berkepanjangan ini.