Pameran tunggal lukisan Yos Suprapto yang seharusnya digelar di Galeri Nasional, Jakarta, dengan tema “Kebangkitan: Tanah untuk Kedaulatan Pangan” terpaksa dibatalkan. Pembatalan ini terjadi setelah kurator pameran, Suwarno Wisetrotomo, memutuskan untuk mundur. Ketidaksepakatan antara Yos dan Suwarno menjadi penyebab utama pameran yang dijadwalkan dibuka pada Kamis (19/12) malam tersebut tidak terlaksana.
Yos Suprapto menjelaskan kepada wartawan bahwa rencana pameran ini sudah ada sejak 2023. Awalnya, pameran dijadwalkan pada awal 2024, namun kemudian diundur menjadi Agustus 2024 karena slot waktu tersebut digunakan oleh pihak lain. Yos tidak mempermasalahkan hal ini dan akhirnya mendapatkan tanggal baru, yaitu 3 Desember 2024. Namun, pameran kembali diundur menjadi 19 Desember 2024 karena adanya pameran Basuki Abdullah Award.
Masalah mulai muncul ketika Yos mulai memasang lukisannya pada 13 Desember 2024. Kurator yang seharusnya hadir, ternyata baru tiba di Jakarta pada 16 Desember sore dan baru datang ke lokasi pameran pada 17 Desember pagi. Menurut Yos, kurator menyampaikan komplain terkait beberapa lukisan yang diminta untuk tidak ditampilkan. Dua lukisan yang dipermasalahkan adalah “Konoha I” dan “Konoha II”, yang dinilai mengurangi nilai dari tema pameran.
Lukisan “Konoha I” menggambarkan “raja bermahkota Jawa” yang menginjak beberapa orang, sementara “Konoha II” menggambarkan orang saling menjilat pantat. Yos menjelaskan bahwa lukisan-lukisan tersebut mengandung kritik sosial terhadap kekuasaan dan budaya hyperindividu. Meskipun demikian, kurator melaporkan lukisan tersebut kepada Wamen Kebudayaan Giring Ganesha karena dinilai mengandung pornografi. Sebagai bentuk sensor, Yos menutup dua karya tersebut dengan kain.
Pada 19 Desember 2024, sebelum pameran dibuka, Yos dipanggil untuk rapat dan diminta menurunkan tiga lukisan lain yang dianggap vulgar. Yos menolak permintaan tersebut, yang akhirnya menyebabkan kurator mengundurkan diri. Yos tidak mempermasalahkan pengunduran diri Suwarno, karena merasa sejak awal kurator tidak banyak terlibat dalam proses kurasi.
Galeri Nasional memutuskan untuk menunda pembukaan pameran tersebut. Ketua Tim Museum dan Galeri IHA, Zamrud Setya Nagara, menjelaskan bahwa penundaan dilakukan untuk memberikan kesempatan kepada kurator dan pelukis untuk menyatukan pandangan dan memperbarui konsep yang telah disepakati.
Suwarno Wisetrotomo, sang kurator, menyatakan bahwa pembatalan pameran disebabkan oleh adanya lukisan yang tidak sesuai dengan tema ketahanan pangan. Menurutnya, beberapa karya tidak relevan dengan tema yang telah disepakati. Suwarno menegaskan bahwa keberatannya bukan pada bentuk lukisan, melainkan pada relevansi tema.
Dengan adanya penundaan ini, diharapkan agar komunikasi antara kurator dan seniman dapat lebih baik di masa depan, sehingga pameran dapat berjalan lancar tanpa menimbulkan kontroversi. Galeri Nasional Indonesia diharapkan dapat terus menjadi wadah bagi seniman untuk mengekspresikan karyanya dan memberikan edukasi kepada masyarakat mengenai seni dan budaya. Ke depan, diharapkan agar setiap pameran dapat menjadi ajang apresiasi seni yang bermanfaat bagi semua pihak.