Dalam upaya memperkuat hubungan ekonomi bilateral, utusan Presiden Prabowo Subianto telah aktif melakukan diplomasi di Amerika Serikat untuk merundingkan tarif resiprokal yang diberlakukan oleh Presiden AS, Donald Trump. Kebijakan tarif dagang yang diumumkan Trump pada 2 April 2025, dengan besaran mencapai 32 persen, berdampak signifikan pada Indonesia.
Delegasi Indonesia, dipimpin oleh Menteri Koordinator Airlangga Hartarto, memulai misi diplomatiknya pada 16 April 2025. Airlangga didampingi oleh Wakil Menteri Keuangan Thomas Djiwandono dan Wakil Ketua Dewan Ekonomi Nasional (DEN) Mari Elka Pangestu. Mereka langsung memulai negosiasi awal dengan pejabat AS yang ditugaskan khusus oleh Trump untuk menangani masalah tarif ini.
Pada tahap awal negosiasi, Menko Airlangga dan tim delegasi Indonesia telah bertemu dengan Menteri Perdagangan AS, Howard Lutnick. Pertemuan yang berlangsung selama 1,5 jam pada Kamis (17/4) ini menjadi langkah awal yang penting. Selain itu, Airlangga juga bertemu dengan Duta Besar Jamieson Greer dari United States Trade Representative (USTR), di mana ia menyampaikan sejumlah tawaran dan permintaan Indonesia terkait penyelesaian masalah tarif.
“Indonesia termasuk salah satu negara yang diterima lebih awal oleh Pemerintah AS untuk membahas kerja sama ekonomi bilateral RI-AS dalam mewujudkan perdagangan yang adil dan berimbang,” jelas Airlangga dalam keterangan resminya. Ia menegaskan bahwa sebagai negara demokratis terbesar, Indonesia dan AS terbuka untuk kerja sama yang saling menguntungkan.
Meskipun proposal resmi telah diajukan, Menko Airlangga menegaskan bahwa proses negosiasi ini masih akan berlangsung dinamis. Salah satu poin penting yang ditawarkan Indonesia adalah upaya menyeimbangkan neraca dagang AS yang defisit dengan menambah pembelian komoditas pangan dari AS, seperti gandum, kacang kedelai, dan susu kacang kedelai. Selain itu, Indonesia juga menawarkan peningkatan pembelian komoditas energi dari AS, termasuk LPG, minyak mentah, dan BBM.
Setelah pertemuan dengan Mendag AS Lutnick dan pejabat USTR, Airlangga menegaskan bahwa kedua negara sepakat untuk menyelesaikan negosiasi tarif ini dalam 60 hari. Kerangka acuan dalam negosiasi kedua negara sudah disepakati, termasuk kemitraan perdagangan investasi dan reliabilitas koridor rantai pasok.
Tawaran Indonesia kepada AS mencakup lima manfaat utama: memenuhi kebutuhan dan menjaga ketahanan energi nasional, memperjuangkan akses pasar Indonesia ke AS, deregulasi untuk meningkatkan kemudahan berusaha, memperoleh nilai tambah dengan kerja sama supply chain, dan akses ilmu pengetahuan serta teknologi dalam berbagai bidang.
Menteri Keuangan Sri Mulyani juga turut serta dalam negosiasi ini, meskipun agenda utamanya adalah menghadiri IMF-World Bank Spring Meeting 2025. Ia menegaskan bahwa Indonesia mendapatkan keuntungan sebagai early mover, yang dihargai oleh AS. Sri Mulyani juga mengungkapkan lima kesepakatan Indonesia dengan AS untuk menekan tarif Trump, termasuk penyesuaian tarif bea masuk dan peningkatan impor dari AS.
Negosiasi tarif resiprokal ini merupakan tantangan besar bagi Indonesia, namun juga membuka peluang untuk memperkuat hubungan ekonomi bilateral dengan AS. Dengan strategi yang tepat dan kerja sama yang saling menguntungkan, diharapkan kesepakatan ini dapat tercapai dalam waktu 60 hari, memberikan manfaat bagi kedua negara. Keputusan akhir tetap berada di tangan Presiden AS, Donald Trump, namun upaya diplomasi yang dilakukan menunjukkan komitmen Indonesia dalam menjaga stabilitas ekonomi dan hubungan internasional.