Pramono Anung, seorang figur politik yang disegani, belakangan ini menjadi pusat perhatian publik terkait pilihannya untuk tidak memanfaatkan transportasi umum saat menghadiri sidang di Dewan Perwakilan Rakyat (DPR). Keputusan ini memicu beragam spekulasi dan pertanyaan dari khalayak, mengingat urgensi penggunaan transportasi umum dalam mengurangi kemacetan dan polusi di ibu kota.
Jakarta, sebagai jantung Indonesia, terkenal dengan kemacetan lalu lintasnya yang kronis. Pemerintah telah berupaya memperbaiki kualitas transportasi umum dengan memperkenalkan berbagai moda seperti MRT, LRT, dan TransJakarta. Namun, meskipun ada kemajuan, masih banyak tantangan yang dihadapi, seperti keterbatasan rute, kenyamanan, dan keamanan.
Dalam sebuah wawancara, Pramono mengungkapkan bahwa keputusannya untuk tidak menggunakan transportasi umum didasarkan pada beberapa pertimbangan. Salah satunya adalah efisiensi waktu. Sebagai seorang pejabat dengan jadwal yang padat, Pramono merasa bahwa menggunakan kendaraan pribadi lebih memungkinkan untuk tiba di lokasi rapat tepat waktu tanpa harus terjebak dalam jadwal transportasi umum yang kadang tidak menentu.
Selain itu, faktor keamanan dan kenyamanan juga menjadi pertimbangan utama. Pramono menekankan pentingnya menjaga keamanan pribadi, terutama dalam situasi di mana kehadirannya di tempat umum dapat menarik perhatian yang tidak diinginkan. Kendaraan pribadi memberikan tingkat privasi dan keamanan yang lebih tinggi dibandingkan dengan transportasi umum.
Meskipun demikian, Pramono tetap mendukung upaya pemerintah dalam meningkatkan kualitas transportasi umum. Ia menyatakan bahwa transportasi umum yang efisien dan nyaman adalah kunci untuk mengatasi masalah kemacetan di Jakarta. Pramono juga mendorong masyarakat untuk menggunakan transportasi umum jika memungkinkan, sebagai bagian dari upaya kolektif untuk mengurangi polusi dan kemacetan.
Keputusan Pramono untuk tidak menggunakan transportasi umum saat menghadiri rapat di DPR didasarkan pada pertimbangan efisiensi waktu, keamanan, dan kenyamanan. Meskipun demikian, ia tetap mendukung peningkatan kualitas transportasi umum di Jakarta. Keputusan ini mencerminkan tantangan yang dihadapi oleh banyak warga Jakarta dalam memilih moda transportasi yang paling sesuai dengan kebutuhan mereka.