XVG – Kunjungan Presiden Ukraina, Volodymyr Zelensky, ke Amerika Serikat baru-baru ini menjadi sorotan dan dianggap sebagai kegagalan oleh Rusia. Kunjungan yang diharapkan dapat menjadi momen untuk menandatangani kesepakatan mineral dengan AS ini justru berakhir dengan ketegangan. Presiden AS, Donald Trump, bersama Wakil Presiden JD Vance, menuduh Zelensky bersikap ‘tidak sopan’ dan menegurnya di hadapan media internasional, seperti dilaporkan oleh AFP pada Sabtu, 1 Maret 2025.
Kyiv berharap bahwa perjanjian mineral tersebut dapat membuka jalan bagi jaminan keamanan dari Washington, terutama di tengah serangan skala penuh yang dilancarkan Rusia sejak tahun 2022. Namun, juru bicara kementerian luar negeri Rusia, Maria Zakharova, menyebut kunjungan Zelensky ke Washington pada 28 Februari sebagai kegagalan politik dan diplomatik total bagi rezim Kyiv. Zakharova menuduh Zelensky sebagai ancaman bagi masyarakat dunia, menyebutnya sebagai penghasut perang yang tidak bertanggung jawab.
Moskow kerap menuduh Ukraina menyembunyikan ‘neo-Nazisme’, sebuah tuduhan yang dibantah oleh para pemimpin Barat dan Kyiv sebagai tidak berdasar. Zakharova menambahkan bahwa Zelensky terobsesi untuk melanjutkan pertempuran, sementara tujuan militer Rusia di Ukraina tetap tidak berubah. Selama lebih dari setahun, Moskow telah berusaha untuk menegaskan pengaruhnya di wilayah tersebut, dan ketegangan antara kedua negara terus meningkat.
Kunjungan Zelensky ke AS yang diwarnai kontroversi ini mencerminkan kompleksitas hubungan internasional di tengah konflik yang berkepanjangan. Tuduhan dan ketegangan yang terus berlanjut antara Ukraina dan Rusia menunjukkan betapa rapuhnya situasi geopolitik saat ini. Diharapkan, melalui dialog dan diplomasi yang lebih konstruktif, perdamaian dan stabilitas dapat dicapai di kawasan tersebut.