XVG – Presiden Amerika Serikat, Donald Trump, kembali menjadi pusat perhatian setelah merilis video bertajuk ‘Trump Gaza’ di akun media sosialnya. Video yang tampaknya dihasilkan dengan teknologi kecerdasan buatan ini menggambarkan Gaza sebagai resor tepi laut yang megah, lengkap dengan patung emas raksasa Trump. Menurut laporan dari AFP pada Rabu (26/2/2025), video tersebut telah ditonton lebih dari 15 juta kali di Instagram dan dibagikan ribuan kali di jejaring sosial milik Trump. Beberapa pengguna media sosial bahkan mempertanyakan apakah akun Trump telah diretas.
Klip berdurasi 33 detik ini tetap ada di akun Trump tanpa ada penyangkalan atau pencabutan beberapa jam setelah diunggah pada Selasa (25/2) malam. Video tersebut dimulai dengan kalimat ‘Gaza 2025 What’s Next?’, menampilkan orang-orang yang keluar dari terowongan menuju pantai yang dipenuhi pohon palem dan kapal pesiar. Sebelumnya, Trump pernah mengusulkan pengambilalihan Gaza oleh AS untuk merelokasi penduduk Palestina, sebuah ide yang menuai kecaman global.
Trump kemudian tampak melunakkan rencananya dengan menyatakan bahwa ia hanya merekomendasikan ide tersebut, dan mengakui bahwa para pemimpin Yordania dan Mesir—yang diusulkan sebagai tujuan relokasi warga Gaza—menolak segala upaya pemindahan yang bertentangan dengan keinginan mereka.
Dalam video tersebut, Trump menyertakan musik dengan lirik seperti ‘Donald datang untuk membebaskanmu, membawa cahaya untuk dilihat semua orang’ dan ‘Berpesta dan berdansa, kesepakatan telah selesai, Trump Gaza nomor satu’. Ada juga gambaran yang tampaknya dibuat oleh AI dari Trump dan Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu menyeruput koktail di tepi kolam renang, serta Elon Musk yang tampak menari di bawah guyuran uang tunai di pantai. Patung emas Trump yang lebih besar dari ukuran aslinya juga ditampilkan.
Satu adegan sangat mirip dengan gambar buatan AI yang memperlihatkan Trump dan Netanyahu minum koktail yang mulai beredar pada awal Februari. Adegan lain memperlihatkan penari perut bergoyang-goyang di pantai, dengan jenggot tebal dan panjang.
Israel telah melakukan serangan intensif di Gaza selama lebih dari 15 bulan sebagai balasan atas serangan Hamas yang terjadi pada 7 Oktober 2023. Serangan Hamas di Israel menyebabkan sekitar 1.200 orang tewas dan ratusan orang disandera. Sebaliknya, serangan militer Israel telah menewaskan lebih dari 48 ribu orang, melukai ratusan ribu lainnya, dan memaksa jutaan orang mengungsi. Sebagian besar infrastruktur di Jalur Gaza juga hancur akibat konflik ini.
Kini, warga di Gaza dapat bernapas sedikit lega karena gencatan senjata telah tercapai. Namun, video Trump ini menimbulkan kebingungan dan kemarahan di kalangan warga Gaza. Mereka menganggap Trump tidak menyadari kekeliruan yang dibuatnya. “Video Trump ini penuh dengan kekeliruan dan memperlihatkan kurangnya kesadaran budaya. Gaza tidak akan menjadi tempat wisata seperti Italia atau Spanyol,” kata Nasser Abu Hadaid, seorang warga Gaza berusia 60 tahun.
Manal Abu Seif, warga Gaza lainnya yang berusia 23 tahun, menambahkan, “Yang saya ketahui tentang Trump adalah bahwa dia adalah Presiden yang aneh tetapi berani yang melakukan apa yang dia katakan akan dia lakukan. Yang penting baginya adalah uang dan investasi, tidak ada kemanusiaan. Gaza membutuhkan kebebasan, penyeberangan perbatasan terbuka, dan pekerjaan bagi kaum muda, dan bukan taman bermain untuk pariwisata dan investasi.”
Perkiraan PBB menyebutkan biaya rekonstruksi lebih dari USD 53 miliar. Gencatan senjata yang rentan, yang berlaku sejak 19 Januari, telah memungkinkan peningkatan bantuan kemanusiaan ke Gaza, meskipun Hamas menuduh Israel menghalangi masuknya beberapa pasokan penting.
Video ‘Trump Gaza’ yang diunggah oleh Donald Trump menambah ketegangan di tengah situasi yang sudah kompleks di Gaza. Dengan latar belakang konflik yang berkepanjangan dan dampak kemanusiaan yang besar, solusi yang diusulkan harus mempertimbangkan kepentingan semua pihak yang terlibat. Warga Gaza dan komunitas internasional berharap agar fokus utama tetap pada pemulihan dan pembangunan kembali wilayah tersebut, bukan pada proyek yang dianggap tidak realistis dan tidak sensitif terhadap kondisi lokal.