XVG – Kepala Badan Gizi Nasional (BGN), Dadan Hindayana, merespons dengan tegas terkait laporan viral mengenai menu Makan Bergizi Gratis (MBG) yang diterima siswa dalam kondisi belum matang. Dadan menegaskan bahwa evaluasi menyeluruh akan dilakukan untuk mencegah insiden serupa di masa depan. “Evaluasi harus dilakukan agar kejadian ini tidak terulang. Kualitas harus dijaga sehingga tidak ada keluhan dari penerima manfaat,” ujar Dadan di Lanud Halim Perdanakusuma, Jakarta, Jumat (28/2/2025).
Dadan menjelaskan bahwa insiden ini terjadi karena Sentra Pangan dan Gizi (SPPG) di daerah tersebut baru saja dibuka. “Ini adalah kali pertama dilakukan di daerah tersebut, SPPG baru. Saat uji coba, kami butuh waktu tiga bulan agar semua ibu-ibu bisa memasak untuk 3.000 orang dengan rasa dan kematangan yang konsisten. Sekarang menjadi SOP kami, semua SPPG baru harus memulai dari jumlah kecil,” jelasnya.
Sebelumnya, menu daging pada MBG di SD Inpres 3 Waingapu, Kelurahan Kambajawa, Kecamatan Kota Waingapu, Kabupaten Sumba Timur, Nusa Tenggara Timur (NTT), dilaporkan masih mentah dan berdarah segar. Temuan ini menjadi viral di media sosial, menimbulkan kekhawatiran di kalangan orang tua dan masyarakat.
Jesica Sodakain, pengelola Dapur MBG Sumba Timur, menyatakan bahwa pihaknya selalu menyediakan menu dan makanan yang baik bagi para siswa. Namun, untuk kasus daging mentah tersebut, ia menjelaskan bahwa makanan itu dibeli siswa dari kantin sekolah, bukan dari MBG. “Kami menyediakan yang baik dan benar. Foto menu makanan yang beredar itu sudah terkontaminasi dengan nasi kuning, yang anak itu beli di kantin,” ungkap Jesica, Sabtu (22/2).
Jesica menegaskan bahwa klarifikasi telah dilakukan bersama pihak SD Inpres Waingapu 3, yang memvideokan dan memviralkan insiden tersebut di media sosial. Setelah dilakukan klarifikasi, diketahui bahwa menu yang viral bukan berasal dari MBG, melainkan terkontaminasi dengan makanan yang dibeli dari kantin sekolah.
Untuk mencegah insiden serupa, Dadan Hindayana menekankan pentingnya evaluasi dan peningkatan kualitas layanan MBG. Dengan adanya SOP baru yang mengharuskan SPPG baru memulai dari jumlah kecil, diharapkan kualitas makanan yang disajikan dapat terjaga dan insiden serupa tidak terulang.
Insiden menu MBG yang belum matang menjadi pelajaran penting bagi semua pihak terkait. Evaluasi dan peningkatan kualitas layanan menjadi prioritas untuk memastikan bahwa program Makan Bergizi Gratis dapat berjalan dengan baik dan memberikan manfaat maksimal bagi para siswa. Dengan langkah-langkah yang tepat, diharapkan kejadian serupa tidak akan terulang di masa mendatang.