XVG – Presiden Amerika Serikat, Donald Trump, mengumumkan rencana untuk menutup USAID, badan pembangunan internasional AS yang selama ini telah menyalurkan bantuan besar ke berbagai negara, termasuk Ukraina dan Sudan. Keputusan ini memicu reaksi keras dari banyak negara, mengingat potensi ketidakstabilan yang dapat terjadi dalam bidang kesehatan dan lingkungan di negara-negara penerima bantuan USAID.
USAID, atau United States Agency for International Development, adalah lembaga penyalur bantuan luar negeri terbesar milik AS. Berdasarkan data dari Statista, pada tahun fiskal 2023, USAID telah menyalurkan bantuan hampir $44 miliar atau sekitar Rp 720,5 triliun. Ukraina menjadi penerima bantuan terbesar dengan jumlah $16 miliar atau Rp 262 triliun, yang mencakup sekitar 60% dari total bantuan yang disalurkan. Bantuan USAID ini umumnya berbentuk bantuan ekonomi, sementara bantuan militer dikelola oleh Departemen Luar Negeri dan Departemen Pertahanan AS.
Berikut adalah daftar negara yang menerima bantuan USAID terbesar pada tahun 2023:
- Ukraina: $16,021 miliar (Rp 262 triliun)
- Ethiopia: $1,676 miliar (Rp 27,4 triliun)
- Yordania: $1,195 miliar (Rp 19,5 triliun)
- Afghanistan: $1,089 miliar (Rp 17,8 triliun)
- Somalia: $1,047 miliar (Rp 17,1 triliun)
- Republik Demokratik Kongo: $936 juta (Rp 15,3 triliun)
- Suriah: $895 juta (Rp 14,6 triliun)
- Yaman: $812 juta (Rp 13,3 triliun)
- Sudan Selatan: $740 juta (Rp 12,1 triliun)
Mengutip BBC, penghentian penyaluran USAID adalah bagian dari strategi Trump untuk menyelaraskan pengeluaran luar negeri dengan pendekatan “America First”. Dalam pernyataannya di platform Truth Social, Trump menulis, “BENAR-BENAR TAK DAPAT DIJELASKAN… TUTUP SAJA!” Elon Musk, yang ditunjuk Trump untuk bertugas di Departemen Efisiensi Pemerintah, mendukung langkah ini. Trump telah lama mengkritik pengeluaran luar negeri, menganggapnya sebagai pemborosan dan penyalahgunaan, termasuk hibah untuk kelompok LGBTQ di Serbia, kendaraan listrik di Vietnam, dan pariwisata di Mesir.
Menurut Majalah TIME, bantuan USAID telah berperan penting dalam berbagai inisiatif global, seperti konservasi di Amazon Brazil dan pemberantasan kokain di Peru. USAID juga telah membantu krisis ekonomi di Venezuela dengan memberikan bantuan kemanusiaan untuk lebih dari 2,8 juta orang. Selain itu, AS telah mendanai hampir 20% dari $2,3 miliar yang dibutuhkan setiap tahun untuk program HIV/AIDS di Afrika Selatan.
Penghentian bantuan USAID diperkirakan akan berdampak buruk pada situasi kemanusiaan di berbagai negara. Akses terhadap makanan, air, listrik, dan layanan kesehatan di daerah konflik akan terhambat. Meskipun beberapa negara Eropa berusaha meningkatkan bantuan, mereka tidak dapat sepenuhnya menggantikan peran AS sebagai donor terbesar.
Penghentian bantuan USAID juga akan berdampak signifikan di Sudan, yang tengah berjuang melawan penyakit seperti kolera, malaria, dan campak. Sebanyak 600.000 orang berisiko tertular penyakit tersebut. Selain itu, penghentian bantuan akan mengganggu upaya penyetaraan gender di Balkan dan Uganda, pembersihan ranjau di Kamboja, serta operasi rumah sakit di Suriah yang dilanda perang.
Keputusan Trump untuk menutup USAID menimbulkan kekhawatiran global mengenai dampak kemanusiaan dan stabilitas di negara-negara penerima bantuan. Diperlukan dialog dan kerja sama internasional untuk mencari solusi yang dapat mengatasi tantangan ini dan memastikan bahwa bantuan kemanusiaan tetap tersedia bagi mereka yang membutuhkan.