XVG – Kelompok Hamas dengan lantang menolak rencana Presiden Amerika Serikat, Donald Trump, yang berkaitan dengan Jalur Gaza, wilayah yang telah lama dilanda konflik berkepanjangan. Khalil al-Hayya, Kepala Hamas di Gaza, menyatakan pada hari Senin (10/2) bahwa rencana yang diusung oleh Barat, Amerika Serikat, dan Presiden Trump untuk Jalur Gaza “akan gagal.” Pernyataan ini disampaikan saat peringatan hari jadi ke-46 revolusi Iran di Teheran, ibu kota Iran, sebagaimana dilaporkan oleh Al Arabiya dan Reuters.
Pada hari Minggu (9/2) waktu setempat, Trump mengungkapkan komitmennya untuk membeli dan memiliki Gaza. Namun, ia juga membuka kemungkinan untuk membangun kembali sebagian wilayah tersebut dengan bantuan negara-negara lain di Timur Tengah. “Saya berkomitmen untuk membeli dan memiliki Gaza. Mengenai pembangunannya kembali, kami dapat memberikannya kepada negara-negara lain di Timur Tengah untuk membangun sebagiannya, orang lain dapat melakukannya, melalui naungan kami. Namun, kami berkomitmen untuk memilikinya, mengambilnya, dan memastikan bahwa Hamas tidak datang kembali,” ujar Trump kepada para wartawan, sebagaimana dilaporkan oleh Reuters dan Al Arabiya.
Pernyataan tersebut disampaikan Trump kepada wartawan di dalam pesawat Air Force One saat perjalanannya menuju New Orleans untuk menghadiri kejuaraan National Football League Super Bowl. Trump menegaskan bahwa tidak ada bagian dari Gaza yang bisa ditempati kembali, menyebutnya sebagai “lokasi kehancuran” yang akan dihancurkan sepenuhnya.
Trump juga menyatakan keterbukaannya terhadap kemungkinan mengizinkan beberapa pengungsi Palestina masuk ke Amerika Serikat, namun dengan pertimbangan kasus per kasus. “Saya pikir itu jarak yang sangat jauh untuk mereka tempuh, tapi saya harus memeriksa kasus per kasus. Tapi saya pikir mereka akan sangat senang tinggal di daerah sekitar dengan tempat yang aman, di mana mereka bisa hidup dengan aman dan memiliki kehidupan yang baik,” tutur Trump.
Ezzat El Rashq, anggota biro politik Hamas, mengecam pernyataan terbaru Trump mengenai pembelian dan kepemilikan Gaza. Dalam sebuah pernyataan, Rashq menegaskan bahwa “Gaza bukanlah properti yang bisa dijual dan dibeli. Itu adalah bagian integral dari tanah Palestina yang kami duduki, dan warga Palestina akan menggagalkan rencana pemindahan itu.”
Penolakan keras dari Hamas terhadap rencana Donald Trump menunjukkan betapa sensitifnya isu kepemilikan dan pembangunan kembali Gaza. Dengan menegaskan bahwa Gaza adalah bagian integral dari tanah Palestina, Hamas menolak segala bentuk upaya yang dianggap sebagai ancaman terhadap kedaulatan wilayah tersebut. Rencana Trump, meskipun didukung oleh beberapa pihak, menghadapi tantangan besar dari kelompok-kelompok yang merasa terancam oleh perubahan status quo di wilayah yang telah lama menjadi pusat konflik ini. Diharapkan, dialog dan diplomasi dapat menjadi jalan keluar untuk mencapai perdamaian yang berkelanjutan di kawasan tersebut.