Syafrin Liputo, Kepala Dinas Perhubungan DKI Jakarta, mengungkapkan bahwa kemacetan di Jakarta mengalami penurunan yang signifikan. Berdasarkan data dari TomTom Traffic Index 2024, tingkat kemacetan di ibu kota kini berada di angka 43 persen. Penurunan ini dianggap sebagai hasil dari kolaborasi berbagai pihak, termasuk peran aktif masyarakat dalam memanfaatkan layanan transportasi publik.
Syafrin menekankan pentingnya kerja sama semua pihak dalam mengurangi kemacetan. “Ini semua berkat kerja sama semua pihak, termasuk partisipasi dan peran aktif masyarakat untuk terus menggunakan layanan transportasi publik,” ujarnya kepada wartawan di kawasan Blok M, Jakarta Selatan, Rabu (15/1/2025).
Ia juga mengapresiasi kontribusi dari layanan transportasi publik seperti TransJakarta, MRT, dan LRT Jabodebek. “Kami sangat mengapresiasi partisipasi masyarakat yang semakin tinggi serta kontribusi dari layanan transportasi publik,” tambahnya.
Sepanjang tahun 2024, TransJakarta mencatatkan jumlah pelanggan harian mencapai 1,3 juta orang. Sementara itu, MRT Jakarta berhasil mencatatkan 138 ribu penumpang harian, angka tertinggi sepanjang tahun. “Jumlah penumpang TransJakarta tahun lalu untuk rata-rata koridor 1 itu sekitar 20 ribu per hari, sementara untuk rata-rata MRT tahun lalu itu sekitar 114 ribu,” jelas Syafrin.
Pemerintah Provinsi DKI Jakarta berkomitmen untuk terus memperbaiki kinerja lalu lintas dan memperluas penggunaan transportasi publik guna mengatasi kemacetan pada tahun 2025. “Tentu keseluruhannya ini kita harapkan terus kita masifkan dan memperbaiki kinerja lalu lintas tahun 2025 ini,” pungkas Syafrin.
TomTom Traffic Index 2024 mengevaluasi 500 kota di 62 negara dan 6 benua berdasarkan waktu tempuh rata-rata dan tingkat kemacetan. Indeks ini menggunakan metode penilaian berdasarkan floating car data (FCD), yang mencakup 737 miliar km, untuk menilai perkembangan lalu lintas di kota-kota di seluruh dunia sepanjang 2024.
Waktu tempuh di setiap kota dipengaruhi oleh beberapa faktor, termasuk faktor kuasi-statis seperti infrastruktur jalan dan batas kecepatan, serta faktor dinamis seperti kemacetan lalu lintas dan cuaca buruk. Faktor statis menentukan waktu tempuh optimal, sementara faktor dinamis memberikan dasar untuk menafsirkan perubahan arus lalu lintas.
Dalam TomTom Traffic Index 2024, Jakarta berada di peringkat ke-90, turun dari peringkat ke-30 pada tahun sebelumnya. Rata-rata waktu bepergian di Jakarta per 10 km memakan waktu 25 menit 31 detik, dengan waktu yang hilang per tahun karena macet sebesar 108 jam.
Penurunan tingkat kemacetan di Jakarta merupakan hasil dari kerja sama yang baik antara pemerintah, masyarakat, dan penyedia layanan transportasi publik. Dengan komitmen yang kuat untuk terus memperbaiki kinerja lalu lintas, diharapkan Jakarta dapat semakin mengurangi kemacetan dan meningkatkan kualitas hidup warganya.