Di tengah hiruk-pikuk ruang sidang Pengadilan Tindak Pidana Korupsi (Tipikor) Jakarta Pusat, Marta Panggabean, istri dari Mangapul, seorang hakim di Pengadilan Negeri (PN) Surabaya, tak mampu membendung emosinya. Dalam sidang lanjutan kasus suap dan gratifikasi yang menyeret nama suaminya, Marta meluapkan kemarahan yang telah lama terpendam. Suaminya diduga terlibat dalam kasus suap terkait vonis bebas Gregorius Ronald Tannur, sebuah tuduhan yang mengguncang fondasi keluarganya.
Kasus ini menyeret tiga hakim PN Surabaya ke dalam pusaran skandal, yakni Erintuah Damanik, Heru Hanindyo, dan Mangapul. Mereka didakwa menerima suap sebesar Rp 1 miliar dan SGD 308 ribu, yang jika dikonversi setara dengan Rp 3,6 miliar. Suap ini diduga berkaitan dengan vonis bebas yang diberikan kepada Ronald Tannur atas kematian kekasihnya, Dini Sera Afrianti, sebuah keputusan yang kini dipertanyakan banyak pihak.
Dalam kesaksiannya yang penuh emosi, Marta mengungkapkan bahwa sejak Desember 2024, ia tidak lagi menerima gaji dari suaminya. Situasi ini menimbulkan dampak besar pada keuangan keluarga, terutama dalam membiayai pendidikan tiga anak mereka yang sedang menempuh kuliah. “Tidak ada lagi (terima gaji). Sejak Desember tidak pernah lagi dapat gaji sampai sekarang. Padahal anak saya ada tiga mahasiswa. Ini yang bikin saya sedih dan satu lagi di swasta juga yang bungsu,” ungkap Marta dengan suara bergetar, menggambarkan beban yang harus ditanggungnya.
Marta tak kuasa menahan air mata saat menceritakan pengalaman pahitnya melihat saldo ATM yang kosong. “Saya dua kali datang ke ATM, selalu ‘saldo anda nol, saldo anda nol’, sedih sekali itu saya Pak. Saya sampai marah sama bapak, ‘Gara-gara kau jadi begini’. Gitu saya bilang,” ujarnya dengan penuh emosi, mengekspresikan rasa frustrasi yang mendalam.
Meskipun diliputi kemarahan, Marta mengaku masih merasa kasihan kepada suaminya. Ia bertanya-tanya mengapa nasib buruk ini menimpa keluarganya. “Tapi dalam hati kecil saya kasihan, kok bisa begini, kami alami kenapa begini, Tuhan, saya pikir begitu juga, Pak,” kata Marta sambil menangis, menunjukkan dilema emosional yang dihadapinya.
Kesaksian Marta Panggabean di Pengadilan Tipikor Jakarta Pusat menggambarkan dampak emosional dan finansial yang dialami keluarganya akibat kasus suap yang melibatkan suaminya. Dengan air mata yang mengalir, Marta menyuarakan rasa sakit dan kebingungannya di tengah situasi yang sulit ini. Kasus ini tidak hanya menjadi sorotan publik, tetapi juga menyoroti dampak korupsi terhadap kehidupan pribadi dan keluarga para pelakunya.