Gereja Makam Suci di Yerusalem, yang diyakini oleh umat Kristiani sebagai tempat peristirahatan Yesus Kristus, telah menjadi saksi bisu dari berbagai peristiwa sejarah. Selama berabad-abad, situs ini mengalami kehancuran akibat serangan, kebakaran, dan gempa bumi. Salah satu momen paling dramatis terjadi pada tahun 1009 M ketika makam ini hancur total, memicu keraguan di kalangan cendekiawan tentang keaslian situs tersebut sebagai makam Yesus.
Menurut laporan dari National Geographic pada tahun 2017, hasil uji ilmiah menunjukkan bahwa sisa-sisa gua batu kapur di dalam gereja sesuai dengan makam yang ditemukan oleh masyarakat Romawi Kuno sekitar 17 abad lalu. Mortar yang ditemukan antara batu kapur asli makam dan lempengan marmer penutup diperkirakan berasal dari sekitar tahun 345 M. Berdasarkan catatan sejarah, makam ini pertama kali ditemukan dan diabadikan oleh orang Romawi pada sekitar tahun 326 M.
Namun, bukti arsitektur tertua yang ditemukan di dalam dan sekitar kompleks makam tersebut berasal dari masa Perang Salib, menunjukkan bahwa bangunan ini berusia kurang dari 1.000 tahun. Hal ini menambah keraguan mengenai keaslian makam tersebut sebagai tempat peristirahatan Yesus.
Pada tahun 1980, Dr. James Tabor, seorang sarjana dan sejarawan terkemuka, mengklaim telah menemukan Makam Yesus yang asli dalam sebuah peti mati kuno berisi tulang belulang manusia. Dalam penemuannya, terdapat inskripsi dalam bahasa Yunani yang jika diterjemahkan berarti ‘Tuhan, bangkitlah bangkitlah!’. Tabor juga menyatakan bahwa Yesus dikuburkan bersama dengan Maria Magdalena. Klaim ini menimbulkan kontroversi di kalangan rohaniawan Kristen yang menganggap temuan tersebut sebagai kebohongan.
Penelitian baru pada tahun 2017 belum dapat memastikan secara pasti apakah Yesus dimakamkan di sana. Namun, tanggal penemuan pada 326 M bertepatan dengan masa Kaisar Konstantin, kaisar Kristen pertama di Roma. Secara arkeologis, membuktikan bahwa makam tersebut merupakan tempat pemakaman Yesus dari Nazaret yang disalibkan di Yerusalem tetap menjadi tantangan. Menurut catatan Perjanjian Baru, penyaliban terjadi sekitar tahun 30 atau 33 M.
Pada Oktober 2016, makam tersebut dibuka setelah berabad-abad saat kuil yang melindungi makam (dikenal sebagai Edicule) menjalani restorasi besar oleh tim interdisipliner dari Universitas Teknik Nasional Athena. Temuan ini melalui riset panjang tentang material tanah, permukaan batu asli, usia sarkofagus, dan letak wilayahnya yang sesuai dengan catatan Kitab Injil umat Kristen dan Kitab Taurat umat Yahudi.
Makam tersebut telah tertutup oleh batuan dinding marmer setidaknya sejak tahun 1555 M untuk mencegah jemaat mengambil batu asli sebagai kenang-kenangan. Selama pemugaran Edicule, ilmuwan menentukan bahwa sebagian besar gua pemakaman masih tertutup di dalam dinding kuil. Sampel mortar dari sisa-sisa dinding selatan gua diberi tanggal tahun 335 dan 1570 M, memberikan bukti tambahan untuk pekerjaan konstruksi dari periode Romawi dan pemugaran abad ke-16.
Mortar dari pintu masuk makam diberi tanggal abad ke-11, konsisten dengan rekonstruksi Edicule setelah kehancurannya pada tahun 1009. Sampel mortar ini diberi tanggal secara independen di dua laboratorium terpisah menggunakan pendaran cahaya terstimulasi optik (OSL), teknik yang menentukan waktu sedimen kuarsa terakhir kali terpapar cahaya. Hasil ilmiah ini dipublikasikan oleh Moropoulou dan timnya dalam jurnal Journal of Archaeological Science: Reports edisi 2018.
Yesus Kristus adalah entitas keagamaan yang menjadi subjek perdebatan yang tak ada habisnya. Banyak pakar modern meyakini bahwa ada bukti sejarah yang mendukung keberadaannya, meskipun sebagian masih meragukannya karena kurangnya bukti. Penemuan ini melibatkan berbagai bidang seperti sejarah, arkeologi, sains, dan teologi, sementara perdebatan mengenai tempat peristirahatan Yesus diperkirakan akan terus berlangsung, meskipun ada berbagai penemuan baru.
Gereja Makam Suci di Yerusalem tetap menjadi pusat perhatian dan perdebatan di kalangan ilmuwan, sejarawan, dan teolog. Meskipun banyak penemuan dan penelitian telah dilakukan, misteri seputar makam Yesus Kristus masih belum sepenuhnya terpecahkan. Dengan kemajuan teknologi dan penelitian yang terus berlanjut, diharapkan lebih banyak jawaban dapat ditemukan di masa depan.