Yenny Wahid, putri dari Presiden ke-4 RI, Abdurahman Wahid atau Gus Dur, dengan tegas menolak rencana pelaksanaan Muktamar Luar Biasa (MLB) Nahdlatul Ulama (NU). Menurut Yenny, MLB tidak diperlukan dan seharusnya tidak menjadi bagian dari organisasi keagamaan seperti NU. Pernyataan ini disampaikan Yenny di Kantor GP Ansor, Jakarta Pusat, pada Minggu (20/12).
Yenny menekankan bahwa jika ada permasalahan atau aspirasi terkait kepemimpinan NU, sebaiknya diselesaikan melalui dialog. “NU itu bukan organisasi politik. NU itu ormas. Kalau mau yang luar biasa-luar biasa itu tempatnya di organisasi politik. Jadi di NU enggak usah ada MLB-MLB-an,” tegas Yenny. Ia menilai bahwa MLB hanya akan memecah belah dan menimbulkan kebingungan di kalangan pengurus NU di daerah.
Menurut Yenny, MLB justru akan berdampak buruk bagi pengurus NU di daerah-daerah. Mereka harus menyaksikan perpecahan di antara para elite organisasi. “Kasihan, kasihan pengurus di bawah. Kasihan pengurus cabang, pengurus wilayah, pengurus ranting, bingung semua, kalau melihat elitenya berantem kayak begini,” ungkap Yenny. Ia menambahkan bahwa hal ini memberikan contoh yang tidak baik, seolah-olah posisi di NU harus diperjuangkan dengan cara-cara yang tidak sehat.
Yenny mengingatkan bahwa peristiwa penggulingan dalam kepemimpinan sudah cukup terjadi di era Gus Dur dan tidak boleh terulang kembali. “Sudah cukup lah. Cukup terjadi sekali pada Gus Dur. Jangan diulangi lagi. Masa enggak belajar juga sih?” pungkasnya. Ia berharap agar semua pihak dapat belajar dari sejarah dan mengedepankan dialog dalam menyelesaikan permasalahan.
Muktamar Luar Biasa NU direncanakan akan digelar pada Januari 2025 mendatang. Salah satu agenda yang telah dilaksanakan adalah Pra-MLB NU di Jawa Timur. Dalam forum tersebut, para peserta meminta Sekretaris Jenderal Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU), Saifullah Yusuf atau Gus Ipul, untuk mundur dari jabatannya. “Permintaan agar Gus Ipul mundur dari jabatan Sekretaris Jenderal PBNU adalah salah satu pesan moral yang disampaikan dalam forum Pra-MLB NU,” kata peserta Pra-MLB NU, Syarbani Haira, Sabtu (22/12) seperti dikutip dari Antara.
Permintaan mundur tersebut merupakan salah satu dari sembilan pesan moral yang dihasilkan dari pertemuan Pra-MLB NU di Jawa Timur. Dalam forum tersebut, dilakukan evaluasi terhadap kinerja PBNU yang dinilai berada di luar garis yang telah ditentukan dan dikhawatirkan dapat mengakibatkan NU kehilangan jiwa dan jati dirinya. “Kinerja tiga tahun PBNU di bawah kepemimpinan mandataris Muktamar ke-34 NU di Lampung, yakni K.H. Miftahul Akhyar (Rais Aam) dan K.H. Yahya Cholil Staquf (Ketua Umum) tidak dalam kondisi baik-baik saja dan tidak sehat. Justru mewariskan konflik ber-jam’iyyah (organisasi) di daerah dan meluas,” kata Syarbani.
Penolakan Yenny Wahid terhadap Muktamar Luar Biasa NU menyoroti pentingnya dialog dan kesatuan dalam menyelesaikan permasalahan organisasi. Ia berharap agar semua pihak dapat belajar dari sejarah dan menghindari perpecahan yang dapat merugikan NU sebagai organisasi keagamaan. Dengan mengedepankan dialog, diharapkan NU dapat terus menjaga kesatuan dan integritasnya sebagai ormas yang berperan penting dalam kehidupan berbangsa dan bernegara.