Direktur Utama PT Kereta Api Indonesia (Persero) atau KAI, Didiek Hartantyo, akhirnya memberikan pernyataan terkait wacana penggabungan atau merger antara KAI dengan PT Industri Kereta Api (Persero) atau INKA. Didiek menyatakan bahwa KAI saat ini sedang menunggu petunjuk lebih lanjut dari Menteri BUMN, Erick Thohir, mengenai rencana tersebut. Ia mengungkapkan bahwa informasi mengenai rencana merger ini baru diterimanya beberapa hari yang lalu.
“Kita tunggu arahan Pak Menteri BUMN aja. Karena kita baru dapat info dari Pak Menteri kemarin,” ujar Didiek saat ditemui di Kementerian BUMN, Jakarta, pada Senin (23/12), seperti yang dikutip dari Detikfinance.
Didiek juga mengakui bahwa hingga saat ini belum ada kepastian apakah rencana merger KAI dan INKA akan dilaksanakan pada tahun depan atau tidak. Namun, ia menegaskan bahwa KAI siap untuk menjalankan petunjuk dari pemegang saham jika sudah ada keputusan yang jelas.
“Kalau arahan pemegang saham siap, kita siap,” tegasnya.
Sebelumnya, Menteri BUMN Erick Thohir telah mengumumkan rencana untuk menggabungkan INKA dengan PT Kereta Api Indonesia (KAI). Menurut Erick, tujuan dari merger ini adalah untuk meningkatkan kinerja kedua BUMN agar lebih baik dan lebih gesit. Ia juga menyebutkan bahwa proses penggabungan ini sebenarnya sudah dimulai sejak empat tahun terakhir.
“Kita lagi menggodok (penggabungan), kan masih ada timetable-nya,” ungkap Erick di Kantor Kementerian BUMN, Selasa (17/12).
Erick menambahkan bahwa setelah proses merger di Kementerian BUMN matang, langkah selanjutnya adalah meminta persetujuan dari Kementerian Keuangan. Hal ini penting karena pengelolaan kepemilikan BUMN berada di bawah Menteri Keuangan.
“Karena kan pengelola kami kepemilikan dari Menteri Keuangan,” jelasnya.
Selain rencana merger antara INKA dan KAI, Erick Thohir juga mengungkapkan bahwa penggabungan serupa akan dilakukan pada BUMN lainnya. Salah satu contohnya adalah rencana penggabungan antara Pelni dan ASDP dengan Pelindo. Tujuan dari penggabungan ini adalah untuk menurunkan biaya logistik serta meningkatkan keamanan dan kenyamanan penumpang.
“Itu untuk mendorong kembali bagaimana logistic cost bisa lebih turun, safety buat penumpang, kalau pelabuhannya bagus, management dari Pelni, kapalnya juga lebih mudah, ASDP-nya juga lebih bagus,” tambah Erick.
Dengan berbagai rencana merger ini, diharapkan BUMN di Indonesia dapat beroperasi lebih efisien dan memberikan pelayanan yang lebih baik kepada masyarakat. Namun, semua ini masih menunggu arahan dan persetujuan dari pihak-pihak terkait.
