Ratusan penghuni Lapas Kelas IIA Karawang dilaporkan terjangkit penyakit kulit scabies atau kudis. Penyakit ini telah menyebar hampir di seluruh blok penjara, menimbulkan kekhawatiran akan kondisi kesehatan para penghuni lapas.
Kepala Lapas Kelas IIA Karawang, Christo Toar, mengungkapkan bahwa sebanyak 352 warga binaan laki-laki terjangkit scabies. Para narapidana ini mengalami gejala berupa rasa gatal yang intens dan munculnya benjolan-benjolan kecil di sela jari, pinggul, hingga area selangkangan.
Salah satu faktor utama penyebaran cepat penyakit ini adalah kondisi over kapasitas di Lapas Karawang. Dengan kapasitas seharusnya hanya 590 orang, lapas ini kini dihuni oleh 1.164 orang. Christo menyatakan bahwa fenomena scabies memang umum terjadi di lembaga pemasyarakatan yang mengalami over kapasitas.
“Ini adalah fenomena yang terjadi di 80 persen lapas yang over kapasitas, pasti ada scabies,” ujarnya pada Senin (23/12).
Christo menjelaskan bahwa kebersihan yang kurang terjaga menjadi penyebab utama penyebaran scabies. Banyak narapidana yang jarang mandi dan malas menjemur matras, sehingga jamur dan bakteri mudah berkembang biak, terutama di musim hujan seperti saat ini.
“Kami selalu melakukan sterilisasi matras setiap tahun dan mengimbau mereka untuk menjemur matras di bawah sinar matahari setiap hari. Namun, banyak yang malas melakukannya,” jelas Christo.
Sebagai langkah antisipasi, pihak lapas membagikan sabun dan salep antiseptik kepada setiap warga binaan.
“Kami membagikan sabun antiseptik dan salep khusus scabies bagi yang terkena, karena memisahkan mereka juga tidak memungkinkan mengingat penyebaran terjadi hampir di semua blok,” kata Christo.
Christo juga menekankan pentingnya para narapidana yang terkena scabies untuk tidak malu memeriksakan diri ke klinik kesehatan yang disediakan di Lapas Karawang.
“Kami melakukan tracing dan meminta perawat untuk memeriksa ke kamar-kamar. Banyak yang malu karena penyakit ini berada di area sensitif seperti pantat dan selangkangan. Dokter kami perempuan, jadi banyak yang enggan mengaku,” ungkapnya.
Meskipun menghadapi tantangan over kapasitas, Christo menegaskan bahwa pihaknya akan terus berupaya memenuhi hak-hak kesehatan warga binaan.
“Kami tegaskan lagi, siapa yang merasa gatal-gatal segera periksakan diri ke klinik. Kami berkomitmen untuk terus berupaya dalam menunaikan hak-hak warga binaan, terutama dalam aspek kesehatan,” tutupnya.