Dukungan Ribuan Orang di Change.org

Sebuah petisi yang menyerukan pencopotan Gus Miftah dari posisinya sebagai Utusan Khusus Presiden telah mengguncang perhatian khalayak. Petisi ini, yang dipublikasikan di platform change.org, telah berhasil mengumpulkan lebih dari 10 ribu tanda tangan hingga Rabu, 5 Desember 2024. Dukungan yang signifikan ini mencerminkan betapa seriusnya masyarakat menanggapi isu yang melibatkan tokoh agama tersebut.
Petisi ini muncul sebagai reaksi terhadap video pernyataan Gus Miftah yang dianggap menghina seorang penjual es teh di Magelang, Jawa Tengah. Video tersebut dengan cepat menyebar di media sosial, memicu gelombang kritik dan kecaman dari berbagai kalangan. Banyak pihak menilai pernyataan tersebut tidak pantas dan merendahkan martabat profesi penjual es teh, yang merupakan bagian dari masyarakat kecil.
Salah satu suara yang paling vokal dalam menanggapi kontroversi ini adalah Kalis Mardiasih, seorang aktivis perempuan dan penulis. Kalis secara terbuka menyerukan agar Gus Miftah dicopot dari posisinya di pemerintahan. Menurutnya, tindakan dan ucapan Gus Miftah tidak mencerminkan sikap seorang pejabat publik yang seharusnya menjaga kerukunan dan menghormati semua lapisan masyarakat.
Menanggapi desakan publik, Gus Miftah yang saat ini menjabat sebagai Utusan Khusus Presiden Bidang Kerukunan Beragama dan Pembinaan Sarana Keagamaan, telah memberikan pernyataan. Namun, hingga saat ini, belum ada keputusan resmi dari pihak pemerintah mengenai kelanjutan jabatannya. Gus Miftah menyatakan bahwa ia akan menghormati proses yang sedang berjalan dan siap menerima konsekuensi dari tindakannya.
Kontroversi ini tentunya menimbulkan pertanyaan mengenai masa depan karier Gus Miftah sebagai pejabat publik. Sebagai tokoh yang dikenal luas, reputasinya kini dipertaruhkan. Banyak pihak yang menunggu langkah selanjutnya dari pemerintah, apakah akan mempertahankan atau mencopot Gus Miftah dari jabatannya.
Masyarakat dan media terus memantau perkembangan kasus ini. Banyak yang berharap agar pemerintah segera mengambil tindakan tegas untuk menyelesaikan polemik ini. Di sisi lain, ada juga yang mendukung Gus Miftah dan menganggap bahwa pernyataannya telah disalahartikan. Perdebatan ini menunjukkan betapa pentingnya peran media sosial dalam membentuk opini publik dan mempengaruhi kebijakan pemerintah.
Kasus ini menjadi pengingat bagi para pejabat publik untuk lebih berhati-hati dalam bertindak dan berbicara, terutama di era digital saat ini. Setiap ucapan dan tindakan dapat dengan mudah tersebar luas dan menimbulkan dampak yang signifikan. Gus Miftah kini berada di persimpangan jalan, dan keputusan pemerintah akan menjadi penentu masa depannya sebagai Utusan Khusus Presiden.