Nilai tukar yuan China terhadap dolar Amerika Serikat (AS) mengalami kemerosotan yang mencolok, mencapai titik terendah dalam 13 bulan terakhir. Berdasarkan data dari Refinitiv, yuan China terperosok ke angka CNY7,297/US$, posisi terendah sejak November 2023. Penurunan ini menandai tren pelemahan yang telah berlangsung selama beberapa bulan terakhir.
Secara bulanan, nilai tukar yuan telah mengalami penurunan berturut-turut sejak Oktober, November, hingga Desember (tanggal 25), masing-masing sebesar 1,43%, 1,75%, dan 0,76%. Kondisi ini menunjukkan tekanan yang terus meningkat pada mata uang China di tengah dinamika ekonomi global yang kompleks.
Menurut laporan dari The Economic Times, salah satu faktor utama yang mempengaruhi kemerosotan yuan adalah perbedaan imbal hasil antara China dan AS. Ekspektasi pasar terhadap jalur penurunan suku bunga yang lebih lambat di AS, serta penurunan imbal hasil yang cepat di China, telah memperlebar selisih imbal hasil antara obligasi pemerintah 10 tahun kedua negara. Kondisi ini mendorong investor untuk mencari aset dalam denominasi dolar yang menawarkan imbal hasil lebih tinggi, sehingga menekan nilai yuan.
Kemerosotan yuan juga mencerminkan tantangan yang dihadapi China di tengah penguatan dolar AS, yang didorong oleh kebijakan suku bunga ketat dari bank sentral AS, The Fed. The Fed telah menyatakan bahwa pemotongan suku bunga di masa depan akan bergantung pada pengurangan inflasi, yang semakin meningkatkan daya tarik dolar di pasar global.
Dalam dot plot terbaru yang dirilis Desember ini, The Fed mengindikasikan kemungkinan hanya akan melakukan dua kali pemotongan suku bunga pada 2025. Ekspektasi ini lebih pesimis dibandingkan proyeksi sebelumnya, yang memperkirakan pemangkasan sebesar 100 basis poin pada tahun yang sama. Chairman The Fed, Jerome Powell, menegaskan bahwa kebijakan suku bunga saat ini lebih longgar, memungkinkan pendekatan yang lebih hati-hati dalam penyesuaian kebijakan di masa depan.
Investor diharapkan untuk memperhatikan devaluasi yuan di tengah kuatnya dolar AS, karena situasi ini menawarkan risiko dan peluang. Penurunan yuan mengindikasikan masalah ekonomi yang lebih dalam di China, terutama di sektor properti dan konsumen. Para pelaku pasar dapat merespons strategi moneter China dengan memantau swap valuta asing dan perbedaan suku bunga secara cermat.
Perubahan nilai yuan mencerminkan dinamika ekonomi yang lebih besar, di mana ekonomi utama saling menyesuaikan strategi suku bunga dan stabilitas pasar. Sikap The Fed secara tidak langsung membentuk pola forex global, yang terlihat dalam tekanan pada mata uang China, dan dapat berdampak pada perdagangan