Di tengah hiruk-pikuk kehidupan modern, Indonesia menghadapi tantangan serius dengan meningkatnya kasus infeksi menular seksual, khususnya sifilis. Berdasarkan data terkini dari Kementerian Kesehatan, dari Januari hingga September 2024, tercatat 8.984 kasus sifilis kategori dini. Penyakit ini disebabkan oleh bakteri Treponema pallidum yang menyebar melalui kontak seksual.
Sifilis berkembang melalui beberapa fase, dimulai dari tahap primer hingga sekunder. Pada fase awal, luka seperti melepuh sering muncul di area infeksi. Namun, banyak penderita tidak menyadari gejala ini, sehingga penyakit sering tidak terdeteksi pada tahap awal.
Ina Agustina Isturini, Direktur Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Menular Kemenkes, mengungkapkan bahwa beberapa faktor diduga memicu peningkatan kasus sifilis. Faktor ekonomi menjadi salah satu penyebab utama, di mana kebutuhan mendesak memaksa individu, termasuk anak-anak, untuk menjual jasa seksual. Selain itu, faktor kesenangan, pengaruh lingkungan, pergaulan bebas, serta budaya kawin muda turut berkontribusi terhadap penyebaran penyakit ini.
Kasus Sifilis di Kalangan Remaja
Data menunjukkan bahwa remaja berusia 15-19 tahun juga terjangkit sifilis. Bahkan, terdapat 216 anak di bawah usia 15 tahun yang terinfeksi. Hal ini menimbulkan kekhawatiran akan kesehatan generasi muda di Indonesia.
Upaya Pencegahan dan Pengobatan
Penggunaan kondom yang benar dan konsisten saat berhubungan seksual dapat mencegah penularan sifilis. Diagnosis sifilis dilakukan melalui riwayat klinis, pemeriksaan fisik, dan laboratorium. Pengobatan sifilis lebih efektif jika dilakukan pada tahap awal, dan selama masa pengobatan, penderita dianjurkan untuk tidak melakukan hubungan seksual hingga dinyatakan sembuh oleh dokter.
Di Kota Medan, tercatat 14 remaja berusia 15-18 tahun mengidap sifilis sepanjang tahun 2024. Menurut Kepala Bidang Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Dinkes Kota Medan, Pocut Fatimah Fitri, kasus ini banyak terjadi di kalangan lelaki seks lelaki (LSL), yang merupakan kelompok berisiko tinggi.
Sementara itu, Pemerintah Kota Yogyakarta memastikan tidak ada anak-anak di wilayahnya yang mengidap sifilis. Namun, secara umum, kasus sifilis di Yogyakarta mencapai 651 sepanjang tahun ini, menurun dari 716 kasus pada tahun sebelumnya.
Peningkatan kasus sifilis di Indonesia menjadi tantangan serius bagi kesehatan masyarakat. Upaya pencegahan dan edukasi mengenai bahaya serta cara penularan sifilis perlu ditingkatkan. Selain itu, penanganan yang cepat dan tepat sangat penting untuk mencegah penyebaran lebih lanjut dan melindungi generasi muda dari dampak buruk penyakit ini.
