Mayor Teddy Indra Wijaya, Sekretaris Kabinet, memberikan pencerahan terkait insiden yang terjadi saat Presiden Turki, Recep Tayyip Erdogan, meninggalkan ruangan ketika Presiden Prabowo Subianto sedang berbicara di Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) D-8 di Kairo, Mesir. Teddy menegaskan bahwa kepergian Erdogan bukanlah aksi walkout, melainkan hasil dari kesepakatan yang telah disepakati sebelumnya mengenai pertukaran giliran berbicara.
Dalam pernyataannya di Kompleks Istana Kepresidenan, Jakarta, Senin (23/10), Teddy menjelaskan bahwa sejak awal sudah ada kesepakatan antara Erdogan dan Prabowo terkait urutan berbicara. “Oh ya enggak lah [walkout],” ujar Teddy, menepis anggapan bahwa Erdogan meninggalkan ruangan sebagai bentuk protes.
Menurut Teddy, insiden tersebut terjadi pada sesi kedua KTT D-8 yang membahas isu Gaza dan Lebanon. Awalnya, Prabowo dijadwalkan menjadi pembicara pertama pada sesi pertama. Namun, sesi pertama mengalami keterlambatan dan baru selesai pukul 14.30 waktu setempat, padahal seharusnya selesai pukul 12.30.
“Akhirnya, sesi 2 baru dimulai jam 15.00,” jelas Teddy. Sebelum sesi kedua dimulai, Prabowo dan Erdogan sempat makan siang bersama dan duduk bersebelahan. Pada kesempatan itu, Erdogan meminta izin kepada Prabowo untuk bertukar urutan giliran berbicara karena ia harus meninggalkan lokasi pleno lebih awal.
Ketika sesi kedua dimulai, Erdogan berbicara lebih dulu sesuai kesepakatan. Setelah menyampaikan pidatonya, Erdogan meminta maaf dan meninggalkan lokasi pleno sebelum giliran Prabowo berbicara. “Jadi saat sesi 2 dimulai, Presiden Erdogan berbicara duluan, dan minta maaf karena harus meninggalkan lokasi pleno,” jelas Teddy.
Klarifikasi dari Sekretaris Kabinet Mayor Teddy Indra Wijaya ini menegaskan bahwa kepergian Presiden Erdogan dari ruangan bukanlah bentuk walkout, melainkan hasil dari kesepakatan yang telah dibuat sebelumnya. Dengan penjelasan ini, diharapkan tidak ada lagi kesalahpahaman mengenai insiden tersebut di KTT D-8.