Anies Rasyid Baswedan, mantan Gubernur DKI Jakarta, turut memberikan pandangannya mengenai seni, khususnya terkait pameran lukisan Yos Suprapto yang mengalami pembatalan mendadak pada Kamis malam (19/12). Pameran tersebut, yang seharusnya menjadi ajang unjuk karya, justru “diberedel” dan menimbulkan kontroversi.
Lukisan-lukisan karya Yos Suprapto dianggap oleh banyak pihak memiliki kemiripan dengan Presiden Jokowi. Salah satu lukisan yang dilarang adalah potret seorang raja dengan mahkota Jawa. Ironisnya, pelarangan ini justru membuat karya-karya Yos semakin dikenal oleh publik.
Anies Baswedan melalui media sosialnya pada Sabtu (21/12) menyatakan, “Kadang, cara terbaik menggaunglantangkan sesuatu adalah dengan mencoba menutupinya. Seberapa pun seni dilarang, ia akan selalu menemukan jalannya.”
Lima Lukisan yang Dilarang Tayang
- Konoha I Yos Suprapto menjelaskan bahwa lukisan ini menggambarkan seorang raja dengan mahkota Jawa yang duduk di singgasana, menginjak orang di bawahnya. Lukisan ini bercerita tentang kehilangan kedaulatan pangan dan sejarahnya, serta diakhiri dengan gambaran penguasa dan kekuasaan.
- Konoha II Lukisan ini mengangkat tema budaya “Asal Bapak Senang”, digambarkan dengan visual orang saling menjilat dan sosok-sosok yang tidak berbusana. Yos menyebutnya sebagai kritik terhadap budaya tersebut.
- Niscaya Menggambarkan petani yang memberi makan orang berdasi, lukisan ini awalnya tidak dipermasalahkan. Namun, kurator meminta agar lukisan ini diturunkan sesaat sebelum pameran dibuka. Yos menilai ini sebagai fakta bahwa petani sebagai produsen bahan pokok seringkali tidak menikmati hasil keringat mereka.
- Makan Malam Lukisan ini menggambarkan petani yang memberi makan anjing-anjing, yang menurut Yos merupakan kritik terhadap relevansi petani dalam konsep pertanian berkelanjutan.
- 2019 Menggambarkan seorang petani yang menuntun sapi menuju Istana, lukisan ini dianggap vulgar oleh beberapa pihak.
Pihak Galeri Nasional menyatakan bahwa keputusan untuk menunda pameran diambil setelah pertimbangan matang demi menjaga kualitas pengalaman pameran. “Kami memahami kekecewaan yang mungkin ditimbulkan oleh penundaan ini, dan kami mohon maaf kepada seluruh pihak yang telah menantikan pameran tersebut,” demikian pernyataan resmi dari Galeri Nasional.
Kontroversi seputar pameran Yos Suprapto ini menyoroti pentingnya kebebasan berekspresi dalam seni. Meskipun terdapat batasan yang harus diperhatikan agar tidak melanggar hak dan kebebasan orang lain, seni tetap memiliki cara untuk menyuarakan pesan dan menemukan jalannya ke publik. Anies Baswedan, melalui pernyataannya, mengingatkan kita bahwa seni adalah medium yang kuat untuk menyampaikan kritik sosial dan pandangan terhadap realitas yang ada.