Seoul, jantung Korea Selatan, diguncang oleh pengumuman darurat militer yang dikeluarkan oleh Presiden Yoon Suk-yeol pada Selasa malam hingga Rabu dini hari (4/12). Langkah ini diambil sebagai reaksi terhadap ancaman yang datang dari Korea Utara serta kelompok oposisi yang semakin mengkhawatirkan. Meskipun hanya berlangsung selama enam jam sebelum akhirnya dibatalkan oleh parlemen, keputusan ini meninggalkan jejak kepanikan di kalangan masyarakat.
Selama periode singkat darurat militer tersebut, dampak ekonomi langsung terasa. Nilai tukar mata uang Korea Selatan mengalami penurunan drastis, sementara pasar saham mencatat penurunan tajam. Situasi ini menambah kekhawatiran di kalangan masyarakat, yang sudah merasa cemas dengan ketidakpastian politik dan keamanan. Gang He-soo dan Kim Byeong-in, dua warga Seoul, mengungkapkan ketakutan mereka terhadap masa depan negara, menggambarkan pengalaman ini sebagai sesuatu yang hanya pernah mereka saksikan dalam film.
Kepanikan yang melanda warga Seoul tidak dapat dihindari. Banyak yang merasa terkejut dan tidak siap menghadapi situasi darurat militer yang tiba-tiba. Namun, setelah parlemen membatalkan keputusan tersebut, aktivitas di kota Seoul perlahan kembali normal. Meskipun demikian, pengalaman ini meninggalkan bekas yang mendalam bagi banyak orang, menyoroti betapa rapuhnya stabilitas yang selama ini dianggap terjamin.
Pemberlakuan darurat militer di Seoul, meskipun singkat, telah menunjukkan betapa cepatnya situasi dapat berubah di tengah ancaman eksternal dan internal. Keputusan Presiden Yoon Suk-yeol, meskipun dimaksudkan untuk melindungi negara, menimbulkan pertanyaan tentang kesiapan dan respons pemerintah dalam menghadapi krisis. Warga Seoul kini berharap agar kejadian serupa tidak terulang, dan stabilitas dapat dipertahankan di masa mendatang.