Lim Oon Kuin, yang lebih dikenal sebagai OK Lim, mantan raja minyak dari Singapura, bersama kedua anaknya, Lim Huey Ching dan Lim Chee Meng, kini resmi dinyatakan bangkrut. Pengumuman ini disampaikan pada Jumat, 27 Desember 2024, menandai akhir dari perjalanan bisnis yang pernah gemilang. Pria berusia 81 tahun ini harus menghadapi kenyataan pahit setelah menyetujui pembayaran utang sebesar US$ 3,5 miliar atau sekitar 4,7 miliar dolar Singapura, setara dengan Rp 56,35 triliun (kurs Rp 16.100), kepada likuidator dan kreditur utama, HSBC.
Menurut laporan dari The Business Times pada Sabtu, 28 Desember 2024, keluarga Lim telah menyetujui untuk melunasi utang tersebut beserta bunga yang terhitung sejak April 2020. Namun, mereka mengakui tidak memiliki aset yang cukup untuk memenuhi semua tuntutan penggugat, sehingga terpaksa mengajukan permohonan pailit. Gugatan terhadap keluarga Lim diajukan pada Agustus 2020, menuntut pembayaran utang sebesar US$ 3,5 miliar dan dividen US$ 90 juta yang sebelumnya dibagikan meski perusahaan dalam kondisi bangkrut.
Selain HSBC, beberapa penggugat lain yang menerima tawaran dari keluarga Lim termasuk Sembcorp Cogen dan Credit Agricole. Berdasarkan informasi dari CNA, perintah kebangkrutan ini mulai berlaku efektif pada 19 Desember dan diumumkan secara resmi dalam lembaran negara pada hari Jumat. Pengelolaan harta pailit keluarga Lim akan ditangani oleh Leow Quek Shiong dan Seah Roh Lin dari BDO Advisory. Keputusan ini diambil di tengah persidangan perdata yang dimulai pada Agustus 2023, diajukan oleh likuidator terhadap keluarga Lim.
Perusahaan milik keluarga Lim, Hin Leong, tercatat mengalami kerugian sebesar US$ 808 juta dari kontrak berjangka dan swap selama periode 2010 hingga 2020. Namun, kerugian ini diduga disembunyikan dengan cara melebih-lebihkan laba hingga US$ 2,1 miliar pada periode yang sama. Tindakan ini dilakukan untuk menutupi kondisi keuangan perusahaan yang sebenarnya mengalami kerugian besar.
Pada Mei tahun ini, Lim Oon Kuin dinyatakan bersalah dalam persidangan pidana terpisah atas tuduhan kecurangan dan bersekongkol dalam pemalsuan. Bulan lalu, ia dijatuhi hukuman penjara selama 17,5 tahun, setelah terbukti mengatur salah satu kasus penipuan pembiayaan perdagangan paling serius di Singapura.
Kisah kebangkrutan Lim Oon Kuin dan keluarganya menjadi pelajaran berharga tentang risiko dan konsekuensi dari manipulasi keuangan dalam dunia bisnis. Keputusan pengadilan ini menandai akhir dari era kejayaan Hin Leong, sekaligus membuka babak baru dalam upaya pemulihan dan penyelesaian utang yang melibatkan banyak pihak.