Seoul, jantung Korea Selatan, dilanda cuaca ekstrem dengan salju tebal yang menyelimuti kota selama dua hari berturut-turut. Pada Kamis (28/11), kondisi ini mengakibatkan gangguan besar pada transportasi udara dan laut, serta menelan korban jiwa.
Menurut laporan dari kantor berita Yonhap, salju yang turun pada hari Kamis merupakan yang terberat dan terbesar sejak pencatatan dimulai pada tahun 1907. Pada pukul 8 pagi, ketebalan salju di berbagai wilayah Seoul mencapai 40 cm. Meskipun demikian, otoritas cuaca setempat telah mencabut peringatan bahaya hujan salju di area metropolitan Seoul.
Bencana salju ini tidak hanya menyebabkan gangguan transportasi, tetapi juga menelan korban jiwa. Laporan dari otoritas di Seoul menyebutkan bahwa empat orang tewas dan 11 lainnya terluka akibat kecelakaan lalu lintas yang disebabkan oleh salju tebal.
Bandara utama di Seoul dan Incheon menjadi salah satu yang paling terdampak oleh bencana salju ini. Selain pembatalan penerbangan, rata-rata penundaan keberangkatan mencapai dua jam, mengganggu jadwal perjalanan banyak penumpang.
Selain itu, sebanyak 131 pembangkit listrik dilaporkan berhenti beroperasi sejak Rabu. Hingga hari ini, baru 46 pembangkit yang kembali beroperasi, menambah tantangan yang dihadapi oleh warga Seoul dan sekitarnya.
Provinsi Gyeonggi, yang terletak di pinggiran Seoul, juga merasakan dampak dari bencana salju ini. Sejumlah sekolah diizinkan untuk meliburkan kegiatan belajar mengajar jika kondisi dianggap tidak aman, sebagaimana dilaporkan oleh The Guardian.
Penelitian menunjukkan bahwa salju lebat di bulan November ini adalah fenomena langka. Fenomena ini disebabkan oleh suhu perairan laut di sebelah barat semenanjung Korea yang lebih hangat dari biasanya, yang kemudian bertemu dengan arus udara dingin, menciptakan kondisi cuaca ekstrem yang jarang terjadi.
Dengan cuaca yang tidak menentu dan dampak yang signifikan, warga Seoul diimbau untuk tetap waspada dan mengikuti arahan dari otoritas setempat guna memastikan keselamatan mereka.