Agus Harimurti Yudhoyono (AHY), Menteri Koordinator Bidang Infrastruktur dan Pembangunan Kewilayahan, mengundang para investor swasta untuk berpartisipasi dalam pendanaan proyek tanggul laut raksasa atau giant sea wall di Pantai Utara Jawa. Proyek ini merupakan salah satu inisiatif unggulan dari Presiden Prabowo Subianto. AHY mengakui bahwa proyek ini menghadapi tantangan keterbatasan anggaran, sehingga partisipasi dari sektor swasta menjadi sangat penting.
Namun, AHY belum memberikan rincian lebih lanjut mengenai progres pembahasan dan kebutuhan dana proyek tersebut. Saat ini, ia masih berkoordinasi dengan Kementerian Pekerjaan Umum (PU) dan pemerintah daerah terkait.
“Proyek ini adalah proyek jangka panjang yang memerlukan anggaran besar. Oleh karena itu, saya mengundang putra-putri bangsa untuk berinvestasi,” ujar AHY saat ditemui di Bursa Efek Indonesia (BEI) pada Kamis (28/11).
AHY menekankan pentingnya kontribusi dari investor swasta untuk mengurangi ancaman banjir rob yang dapat menyebabkan penurunan permukaan tanah (land subsidence) di wilayah pesisir. Keterbatasan anggaran memaksa pemerintah untuk menyusun skala prioritas, dengan fokus awal pada wilayah Jakarta sebelum meluas ke daerah lain seperti Cirebon, Jawa Tengah, dan Jawa Timur.
Sebelumnya, Presiden Prabowo telah merencanakan untuk menggandeng investor dari China dalam pembangunan proyek ini. Wakil Ketua Dewan Pembina Partai Gerindra, Hashim Djojohadikusumo, mengungkapkan bahwa ia telah melakukan pendekatan dengan beberapa perusahaan dari China.
“Saya sudah ke Beijing dan Hong Kong, dan ada minat dari mereka karena pasar properti di China sedang jenuh,” kata Hashim dalam Diskusi Ekonomi Kadin Indonesia pada Senin (7/10).
Proyek tanggul laut raksasa ini direncanakan akan menggunakan skema Kerja Sama Pemerintah dan Badan Usaha (KPBU), di mana 20 persen saham akan dipegang oleh pemerintah dan 80 persen oleh pihak swasta.
“Kami membuka kesempatan bagi pengembang yang berminat. Sudah ada beberapa pengembang besar yang tertarik untuk membiayai proyek ini,” tambah Hashim.
Pada September 2024, Kementerian PUPR telah menjajaki peluang kerja sama dengan Nanjing Hydraulic Research Institute (NHRI) terkait pembangunan pemecah gelombang (breakwaters) dan berbagai struktur tanggul laut. NHRI mengembangkan inovasi berupa breakwaters berbentuk caisson yang lebih berat dan tahan terhadap gelombang, memungkinkan waktu konstruksi lebih cepat dan penghematan biaya hingga 30 persen. Inovasi ini telah diterapkan di Provinsi Jiangsu, China, sepanjang 27 km.
Dengan adanya ajakan investasi ini, diharapkan proyek tanggul laut raksasa di Pantai Utara Jawa dapat segera terealisasi, mengatasi ancaman banjir rob, dan memberikan manfaat jangka panjang bagi masyarakat pesisir.