JAKARTA, METROPOLIS yang tak pernah terlelap, menyimpan beragam kisah di setiap sudutnya. Salah satu cerita yang mencuat adalah tentang Kampung ‘Zombie’ di kawasan Cililitan, Jakarta Timur. Nama yang terkesan menakutkan ini sejatinya mencerminkan kondisi perkampungan yang kini sunyi, ditinggalkan oleh para penghuninya.

Julukan ‘Zombie’ disematkan bukan tanpa sebab. Penduduk yang masih bertahan menyebutnya demikian karena suasana yang lengang dan bangunan yang mulai ditinggalkan. Dahulu, kampung ini adalah pusat keramaian dengan aktivitas warga yang semarak. Namun, seiring berjalannya waktu, banyak yang memilih untuk meninggalkan rumah mereka.
Salah satu alasan utama mengapa kampung ini ditinggalkan adalah banjir yang datang saban tahun. Berada di dekat Kali Ciliwung, kampung ini kerap menjadi korban luapan air. Banjir kiriman dari Bogor juga memperburuk situasi, memaksa warga untuk mengungsi setiap kali musim hujan tiba.
Eksodus warga dari Kampung ‘Zombie’ tidak hanya menyisakan bangunan kosong, tetapi juga berdampak pada aspek sosial dan ekonomi. Banyak usaha kecil yang terpaksa gulung tikar karena kehilangan pelanggan. Selain itu, hubungan sosial antarwarga yang dulu erat kini mulai memudar seiring dengan berkurangnya jumlah penduduk.
Pemerintah setempat sebenarnya telah berupaya untuk mengatasi masalah banjir ini. Berbagai proyek infrastruktur telah direncanakan, namun hasilnya belum optimal. Warga yang tersisa berharap ada solusi jangka panjang yang dapat mengembalikan kehidupan di kampung mereka.
Masa depan Kampung ‘Zombie’ masih menjadi teka-teki besar. Apakah kampung ini akan kembali hidup atau justru semakin tenggelam dalam kesunyian? Hanya waktu yang bisa menjawab. Namun, satu hal yang pasti, cerita tentang Kampung ‘Zombie’ di Cililitan ini adalah cerminan dari banyak perkampungan lain di Jakarta yang menghadapi tantangan serupa.

Dengan segala tantangan yang ada, Kampung ‘Zombie’ tetap menjadi bagian dari Jakarta yang penuh warna. Kisahnya mengingatkan kita akan pentingnya perhatian terhadap lingkungan dan dampak perubahan iklim yang semakin nyata. Semoga, suatu hari nanti, kampung ini bisa kembali hidup dan menjadi tempat yang nyaman bagi warganya.