Jakarta – Menteri Kebudayaan, Fadli Zon, mengundang para pelaku budaya, seniman, dan budayawan untuk bersatu dalam memperkuat ekosistem kebudayaan di Indonesia. Salah satu fokus utama kementeriannya adalah mendengarkan masukan dari komunitas budaya guna memajukan kebudayaan nasional.
Dalam acara Ngopi Pagi bersama komunitas budaya di Gedung A, Kompleks Kemdibudristek Jakarta, Fadli menyatakan,
“Kita ingin memetakan potensi kolaborasi antara komunitas, asosiasi, dan pelaku budaya. Bersama, kita akan memperkuat kebudayaan bangsa,” seperti dikutip dari siaran pers, Kamis (21/11/2024).
Fadli berharap melalui dialog, berbagai gagasan inovatif dapat diidentifikasi untuk mendukung program kebudayaan pada tahun 2025. Meskipun kementerian ini baru, Fadli menegaskan komitmennya untuk menjadi alat yang memfasilitasi dan mendukung perkembangan kebudayaan.
“Kami ini alat. Alat ini harus diperalat, supaya kebudayaan kita maju. Kami ingin bergerak bersama masyarakat, menyatukan semua elemen untuk memajukan kebudayaan nasional,” ujar politisi Gerindra tersebut.
Fadli mengungkapkan rasa syukurnya atas kekayaan budaya Indonesia yang luar biasa, yang tidak hanya sekadar “diversity” tetapi “megadiversity”. Mengutip Pasal 32 Undang-Undang Dasar 1945, ia menekankan kewajiban negara untuk memajukan kebudayaan nasional dan menjaga keberagaman budaya bangsa.
“Kekayaan budaya ini adalah national treasure yang harus kita perkuat dan apresiasi bersama-sama,” tegasnya.
Saat ini, jumlah Warisan Budaya Tak Benda Indonesia telah mencapai 2.213, dengan 13 di antaranya terdaftar di UNESCO, termasuk Wayang, Keris, Batik, dan Gamelan. Pemerintah terus berupaya untuk mendaftarkan lebih banyak lagi warisan budaya Indonesia ke UNESCO.
“Ini adalah langkah besar untuk memastikan bahwa kebudayaan Indonesia tidak hanya dikenal di dalam negeri, tetapi juga di kancah dunia,” pungkas Fadli.
Dalam pertemuan Ngopi Pagi tersebut, Fadli Zon didampingi oleh Wakil Menteri Kebudayaan, Giring Ganesha Djumaryo, serta 158 pelaku budaya dari lebih 50 komunitas dan asosiasi kebudayaan.
Beberapa tokoh yang hadir antara lain Ratri Anindyajati dari Indonesia Dance Festival, Agus Mulyana dari Masyarakat Sejarawan Indonesia (MSI), Ratna Riantriano dari Teater Koma, Naen Suryono dari Majelis Luhur Kepercayaan Indonesia (MLKI), dan Erasmus Cahyadi dari Aliansi Masyarakat Adat Nusantara (AMAN), yang turut memberikan masukan dari sudut pandang masing-masing.
Dengan semangat kolaborasi dan dialog, diharapkan kebudayaan Indonesia dapat terus berkembang dan dikenal di seluruh dunia.