Kota Semarang menjadi panggung bagi aksi protes yang digelar oleh mahasiswa dan pelajar, sebagai bentuk perlawanan terhadap kematian tragis GRO, seorang pelajar SMK berusia 17 tahun yang tewas ditembak oleh aparat kepolisian. Aksi yang dikenal dengan sebutan “aksi kamisan” ini berlangsung di depan Polda Jawa Tengah, tepatnya di Jalan Pahlawan, Kota Semarang.
Ratusan massa yang berkumpul menuntut agar kasus kematian GRO diungkap dengan transparansi dan diselesaikan secara tuntas. Mereka berharap keadilan dapat ditegakkan dan pihak yang bertanggung jawab atas insiden ini diadili sesuai hukum yang berlaku.





Dalam aksi tersebut, para peserta unjuk rasa secara bergantian menyampaikan orasi. Mereka menyuarakan ketidakpuasan dan kekecewaan terhadap tindakan represif dan arogansi aparat yang dianggap sebagai penyebab kematian GRO. Selain itu, berbagai spanduk dibentangkan sebagai bentuk protes dan seruan untuk menuntut keadilan.
Untuk mengantisipasi situasi, puluhan polisi wanita (polwan) disiagakan di depan gerbang Mapolda Jawa Tengah. Kehadiran polwan ini diharapkan dapat menjaga ketertiban dan keamanan selama berlangsungnya aksi unjuk rasa.
Aksi ini mencerminkan keresahan masyarakat, khususnya kalangan pelajar dan mahasiswa, terhadap tindakan aparat yang dinilai berlebihan. Mereka berharap agar kasus ini menjadi perhatian serius pihak berwenang dan dapat diselesaikan dengan adil, sehingga tidak ada lagi kejadian serupa di masa mendatang.
Unjuk rasa di Semarang ini menegaskan pentingnya penegakan hukum yang adil dan transparan. Masyarakat, terutama generasi muda, menunjukkan kepedulian mereka terhadap isu-isu sosial dan hukum yang terjadi di sekitar mereka. Semoga aksi ini dapat menjadi pendorong bagi pihak berwenang untuk segera menuntaskan kasus kematian GRO dan memberikan keadilan yang sepatutnya.